Kehadiran AI seperti ChatGPT diprediksi akan menganggu seperempat dari pekerjaan yang ada di dunia dalam 5 tahun mendatang.
Menurut laporan terbaru dari World Economic Forum (WEF), secara khusus pasar kerja akan mengalami churn 23%.
Menurut WEF, perusahaan yang disurvei memperkirakan 83 juta pekerjaan akan hilang, meskipun diimbangi dengan penciptaan 69 juta pekerjaan baru lainnya.
Ini masih menyisakan defisit 14 juta posisi tereliminasi, yang berarti akan ada kontraksi 2% dari tenaga kerja global, demikian dikutip dari TheNextWeb, Kamis (4/5/2023).
Laporan tersebut mengidentifikasi 3 faktor utama yang memicu transformasi pasar tenaga kerja yakni transisi hijau (green transition), peningkatan adopsi teknologi baru, dan pertumbuhan ekonomi yang lambat seiring dengan meningkatnya biaya hidup.
Responden memperkirakan bahwa investasi yang memfasilitasi bisnis transisi hijau dan penerapan standar ESG yang lebih luas akan memiliki efek penciptaan lapangan kerja yang paling kuat, meskipun memang persentase perpindahannya kecil.
Secara khusus big data analytics, teknologi manajemen perubahan iklim-lingkungan, enkripsi, dan keamanan siber diperkirakan akan menjadi pendorong terbesar pertumbuhan pekerjaan.
Platform digital, aplikasi, e-commerce, dan AI juga akan menghasilkan lebih banyak pekerjaan daripada yang dihilangkan. Hanya robot yang benar-benar mengambil pekerjaan kita, mengakibatkan hilangnya peran sebesar 11,4%.
Sejalan dengan itu, AI dan Machine Learning Specialists, Analis Kecerdasan Bisnis, dan Analis Keamanan Informasi menempati urutan teratas dalam daftar peran yang tumbuh paling cepat.
Kehilangan pekerjaan terbesar, yang terkait dengan peningkatan otomatisasi dan digitalisasi, diperkirakan terjadi paling besar pada peran administratif dan posisi keamanan, pabrik, dan perdagangan tradisional. Ini termasuk, kasir, teller bank, dan pegawai akuntansi, pembukuan dan penggajian.
Namun terlepas dari berkembang pesatnya teknologi, responden percaya bahwa ancaman terbesar bagi pasar tenaga kerja adalah penurunan ekonomi. Secara khusus, pertumbuhan ekonomi yang lambat ditambah dengan kekurangan pasokan dan inflasi dapat menyebabkan 87,4% dari perpindahan pekerjaan bersih.
Dari perspektif regional, negara-negara di seluruh dunia diperkirakan akan mengalami tingkat gangguan serupa di pasar kerja, didorong oleh tiga faktor utama yang sama. Presentase lebih rendah di Eropa, Amerika Utara, Timur Tengah, dan Afrika Utara sebesar 21%, sedangkan tertinggi diperkirakan terjadi di Asia Tengah sebesar 25%.