Cek 10 Saham RI Valuasinya Paling Mahal, Ada Punya Kamu?

Layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (10/5/2023). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Berkat aksi spekulasi yang tidak diikuti oleh kinerja keuangan yang moncer, sejumlah saham emiten di bursa memiliki valuasi sangat mahal (overvalued). Bahkan, angkanya sangat jauh di atas aturan praktis para investor.

Biasanya, apabila menggunakan metrik price-to earnings ratio (PER, P/E ratio), yang membandingkan harga saham dengan laba perusahaan, angka di atas 15 kali sudah dianggap mahal. Walaupun, tentu saja, setiap industri bisa bervariasi.

Namun, bagaimana jika suatu saham https://evolutionoforganic.com/ diperdagangkan lebih dari 1.000 kali atau bahkan 50 ribu kali di atas laba per saham (EPS)?

Berikut ini daftar 10 saham dengan valuasi PER termahal.

Saham teknologi Grup Kresna PT Telefast Indonesia Tbk (TFAS), misalnya, memiliki PER tertinggi sebesar 50,751,88 kali.

Saham TFAS masih memiliki valuasi setinggi langit, mesikpun sudah anjlok hampir 60% dari level tertinggi sepanjang masa (all time high/ATH).

Mengacu pada data Bursa Efek Indonesia (BEI), per 12 Mei 2023, harga saham TFAS ditutup di Rp3.240/saham.

Padahal, pada 19 Agustus 2021, di tengah euforia saham teknologi, saham TFAS sempat melambung ke Rp8.075/saham.

Kinerja teranyar TFAS sejatinya menunjukkan perbaikan di sisi bottom line (pos laba).

Perusahaan membukukan laba bersih Rp26,60 juta pada kuartal I 2023. Angka tersebu memang sangat kecil, tapi cukup membaik dibandingkan rugi bersih Rp107 juta pada kuartal I 2022.

Pendapatan bersih Telefast tercatat sebesar Rp188,84 miliar selama 3 bulan pertama 2023 atau tumbuh 20,41% secara tahunan (yoy) dari Rp156,83 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Seluruh pendapatan Telefast merupakan penjualan neto produk dan jasa digital, dan supply chain untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2023.

Sementara, total aset perusahaan tercatat sebesar Rp263,39 miliar per 31 Maret 2023, turun tipis dari posisi 31 Desember 2022 yang sebesar Rp263,61 miliar.

Adapun, total liabilitas perusahaan Rp71,55 miliar, lebih kecil dibandingkan modal (ekuitas) yang sebesar Rp191,85 miliar.

Di bawah TFAS ada saham emiten farmasi BUMN PT Kimia Farma Tbk (KAEF) dengan PER 3.002,25 kali.

Kinerja sahamnya sendiri sudah turun 22,58% sejak awal tahun (YtD).

Saham KAEF juga sudah anjlok 80-an% dari level tertinggi (all time high/ATH) yang sempat disentuh pada 12 Januari 2021.

Kala itu, di tengah spekulasi tinggi soal pelaksanaan vaksinasi Covid-19 yang diproyeksikan akan berdampak positif ke kinerja keuangan Kimia Farma (dan Indofarma/INAF serta emiten sejenis lainnya) harga saham KAEF meroket ke Rp6.975/saham.

Apabila dilihat sejak merosot di awal masa pandemi 2020 yang sempat berkubangg di Rp580/saham, kenaikan saham KAEF hingga Januari 2021 kala itu memang sangat fantastis, yakni 1.103%.

Waktu itu, saham farmasi, yang kemudian diikuti saham emiten rumah sakit (RS) menjadi primadona di pasar saham RI seiring investor beramai-ramai bertaruh pada pertumbuhan fantastis emiten sektor kesehatan di tengah pagebluk.

Ternyata, tidak semua spekulasi tersebut tampak di dalam kinerja keuangan emiten farmasi dan sejenisnya.

Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik induk (selanjutnya, laba bersih) KAEF mencapai Rp26,2 miliar selama 3 bulan pertama 2020, kemudian turun menjadi Rp17,3 miliar pada periode yang sama 2021 dan turun lagi menjadi Rp5,8 miliar pada kuartal I 2022.

Sementara, teranyar, laba bersih KAEF anjlok 93,3% secara tahunan (yoy) menjadi hanya Rp386,49 juta selama kuartal I 2023.

Adapun, pendapatan bersih perusahaan hanya naik tipis 1,91% yoy menjadi Rp2,30 triliun.

Dengan pendapatan triliunan dan laba bersih hanya ratusan juta, selain beban pokok penjualan (yang sebenarnya turun 4,13% yoy), KAEF ternyata menanggung beban usaha dan beban keuangan yang besar selama kuartal I 2023.

Saham emiten milik taipan Prajogo Pangestu PT Barito Pacific Tbk (BRPT) juga memiliki valuasi terlampau tinggi, dengan PER 2.558 kali di tengah kinerja keuangan yang tertekan.

Laba bersih perusahaan turun 98,4% yoy menjadi US$1,75 juta pada tahun penuh 2022. Ini seiring penurunan pendapatan sebesar 6% yoy menjadi US$2,96 miliar pada tahun lalu.

Perang Rusia-Ukraina yang membuat harga bahan baku produksi produk petrokimia, naphta naik, membuat spread produk petrokimia TPIA menurun. Naphtha adalah salah satu dari produk refinery dari minyak mentah (crude oil).

Terkena sentimen perang yang berakibat pada seretnya pasokan, harga minyak yang sempat ke atas USD100/barel pada tahun lalu, ikut mengerek harga naphta dan menekan margin perusahaan. Apalagi, BRPT, via TPIA, masih mengandalkan impor atas bahan baku tersebut.

Selain nama-nama di atas, sederet emiten lainnya juga memiliki PER tinggi, seperti CASA (2.230 kali), RISE (1.559 kali), hingga AGRO (577 kali).

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*