Kabar Buruk Lagi dari AS, Janet Yellen Ancam Ekonomi Chaos

Janet Yellen. (Alex Wong/Getty Images)

Menteri Keuangan (Menkeu) Amerika Serikat (AS) Janet Yellen memperingatkan konsekuensi ekonomi yang besar bila parlemen negara itu tak kunjung meningkatkan batas utang. Hal ini terjadi saat Negeri Paman Sam terancam gagal bayar lantaran tak bisa menambah utang.

Dalam wawancara di program ABC’s This Week, Yellen menyebut kegagalan untuk menaikkan plafon utang akan menyebabkan “penurunan ekonomi yang tajam”. Ia juga meramalkan bahwa Departemen Keuangan juga kemungkinan bisa kehabisan langkah untuk membayar kewajiban utangnya pada bulan Juni.

“Proyeksi kami saat ini adalah bahwa pada awal Juni, suatu hari akan tiba ketika kami tidak dapat membayar tagihan kami kecuali Kongres menaikkan plafon utang,” kata Yellen dalam program tersebut, Minggu, (7/5/2023), sebagaimana diwartakan CNBC International.

“Itu adalah sesuatu yang saya sangat mendesak Kongres untuk melakukannya,” tegasnya.

Yellen mengatakan AS telah menggunakan “langkah luar biasa” untuk menghindari gagal bayar, dan itu bukan sesuatu yang dapat terus dilakukan Departemen Keuangan. Ia mengatakan Kongres perlu mengambil tindakan untuk menghindari “malapetaka ekonomi”.

“Disepakati secara luas bahwa kekacauan (chaos) finansial dan ekonomi akan terjadi,” tambah figur kelahiran Brooklyn itu.

Anggota parlemen AS telah mencoba memperdebatkan soal kenaikan plafon batas utang yang dapat diambil pemerintahan negara itu. Namun, belum ada kesepakatan yang akhirnya mengizinkan hal itu terjadi, dengan fakta bahwa DPR AS dikuasai pihak Partai Republik, yang berseberangan dengan Biden.

Yellen menyerukan tindakan tegas, dan cepat. Dalam sepucuk surat kepada Ketua DPR Kevin McCarthy, Yellen mengatakan Departemen Keuangan ‘tidak akan dapat terus memenuhi semua kewajiban pemerintah’ hingga paling cepat 1 Juni, lebih awal dari perkiraan para ekonom Wall Street.

Pada hari Senin, Presiden Joe Biden memanggil para pemimpin kongres yakni McCarthy, Pemimpin Mayoritas Senat Chuck Schumer, Pemimpin Minoritas Senat Mitch McConnell, Pemimpin Fraksi Demokrat DPR Hakeem Jeffries. Jeffries mengatakan bahwa pertemuan itu akan jadi ‘sangat penting’ dalam membantu AS menemukan jalan ke depan.

“Kita harus menghindari default, titik,” tegasnya

Utang AS diketahui mencapai US$ 31 triliun atau sekitar Rp 460.000 triliun (kurs Rp 14.900/US$). Bengkaknya utang dipicu oleh pandemi Corona (Covid-19), di mana pemerintah harus menggelontorkan stimulus US$ 5 triliun guna menyelamatkan perekonomian.

Namun AS memang tidak pernah lagi mengalami posisi surplus dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) sejak 1957. Sejak saat itu, AS terus mengalami defisit APBN, di mana untuk membiayai belanja perlu menambah utang melalui penerbitan Treasury misalnya.

Pembayaran bunga utang yang ada sebelumnya juga dilakukan dengan menerbitkan surat utang lagi. Ini yang terus menerus dilakukan Paman Sam.

Sebelumnya, pada tahun 2011, pertarungan pagu utang di negara itu juga membawa AS ke jurang gagal bayar dan mendorong penurunan peringkat kredit terkemuka negara itu. “Kali ini, negosiasi mungkin lebih sulit,” kata para veteran tahun 2011.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*